Jumat, 02 Desember 2011

Memanfaatkan Kesempatan Dalam Kesempitan

Kisah Pekerja Rumah Tangga dan Penulis - Memanfaatkan Kesempatan Dalam Kesempitan

"Di antara kesibukan tersebut tetap saja saya melihat kesempatan kapan saja dan di mana saja."
Jika kita ingin melakukan sesuatu yang kita sukai, pastilah kita akan melakukannya. Meskipun waktu tidak bersahabat dengan kita. Yang jelas, jika kita ingin dan suka melakukannya, kita akan selalu melihat kesempatan atau peluang di antara sempitnya waktu.
Namun, jika kita ingin dan suka saja—tapi tidak merasa antusias untuk melakukannya—maka diberi waktu yang  sedemikian panjang pun, tidak akan terkelola dengan baik. Rasanya dalam hal apa pun, jika kita ingin, suka, dan antusias melakukannya, pasti kita akan menemukan peluang yang mungkin tidak dapat dilihat oleh orang lain.

Begitu pun dengan saya (penulis artikel ini -red). Karena suka, ingin, dan antusias dengan kegiatan menulis, maka saya selalu melihat kesempatan kapan saja di antara kesibukan saya—yang menurut orang lain hampir tidak punya waktu. Yaitu sebagai pembantu rumah tangga yang bekerja hampir 24 jam sehari. Sebenarnya tidak persis 24 jam sehari. Mungkin, karena sebagai pembantu rumah tangga yang tinggal di rumah majikan—yang harus siap sedia kapan pun diperlukan—maka dikatakannya, pekerjaan saya  sedina-dina lan sak wayah-wayah alias sepanjang waktu dan sepanjang hari.
Bahkan, ketika tidur malam pun harus bangun sewaktu-waktu. Untuk mengelap keringat anak asuh saya dan mengganti selimut yang agak tipis. Atau sebaliknya, mengganti selimut yang agak tebal jika kedinginan, karena ruangannya ber-AC. Jika saya membiarkan anak asuh saya kedinginan, keesokan harinya dia akan terserang batuk dan pilek. Namun, saya masih bisa tidur lelap, meskipun saya sering terjaga. Saya rasa tidak perlulah tidur terlalu banyak he... he... he... Di antara kesibukan tersebut tetap saja saya melihat kesempatan kapan saja dan di mana saja. Buktinya, saya bisa akses internet setiap hari, seperti berikut:

1. Ketika anak asuh saya (cowok berusia 5,5 tahun) sedang bermain komputer, saya bisa melihat e-mail sebentar untuk sekadar membaca e-mail yang masuk. Biasanya malam hari setelah makan malam, dan setelah saya selesai mencuci piring. Dari situ saya mengetahui, apakah ada e-mail yang menarik perhatian saya.

2. Ketika saya berbelanja ke pasar (belanjanya ketika anak asuh saya sekolah), saya menyempatkan diri untuk pergi ke warnet sebentar—biasanya 15-20 menit—sekadar me-reply, menjawab, dan menanggapi. Jika Pembelajar.com up date, saya kadang hanya membaca saja,tidak membuka e-mail saya.

3. Sore hari, biasanya anak asuh saya les piano, les biola, les matematika, les Inggris Grammar, les Inggris percakapan, atau les menggambar. Nah, sambil menunggu lesnya selesai, saya bisa akses internet di kantor pos atau di perpustakaan (gratis). Lokasi les memang dekat dengan tempat di mana tersedia fasilitas yang saya perlukan untuk menulis.

Jika dalam sehari anak asuh saya mengikuti dua macam les, maka saya bisa mempunyai waktu satu, atau satu setengah jam. Saya bisa mengetik naskah artikel atau tanggapan yang masih berupa tulisan tangan—biasanya saya menyempatkan diri untuk menulis satu jam sebelum tidur malam—dan menjawab e-mail yang masuk di milis-milis yang saya ikuti. Itulah sebabnya, saking aktifnya, saya sampai diberi tugas untuk mengasuh beberapa milis.

4. Ketika saya libur (saya libur dua kali sebulan di hari Minggu, libur nasional tetap kerja. Namun ada juga teman TKW yang beruntung, yaitu mendapat libur setiap minggu dan hari libur nasional). Biasanya saya jalan-jalan dan makan-makan. Baru kemudian menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan. Untuk apa lagi kalau bukan untuk akses internet, menulis naskah, menanggapi, menjawab e-mail, dan membaca buku-buku berbahasa Inggris.

Saya suka sains populer, filsafat populer (yang ringan-ringan), dan fiksi. Meskipun hanya mengerti sepotong-sepotong dalam bahasa Inggris. Membacanya pun juga sepotong-sepotong, karena saya tidak mempunyai waktu untuk membaca tuntas. Biasanya saya hanya membuka daftar isi, lalu membaca isi buku yang menarik perhatian saya saja.

Setelahnya saya membuat catatan kesimpulan, yaitu apa yang saya dapatkan dari membaca. Saya tidak menyukai fiksi horor kecuali Harry Potter. Saya juga tidak menyukai fiksi porno yang bisa menggiring seseorang ke dalam jurang. Tetapi untuk yang “nyeleneh” dan bermutu tetap akan saya cari.

Nah, sekarang saya akan bercerita mengenai tugas utama saya sebagai pembantu rumah tangga di Hong Kong. Siapa pun tahu, jika tugas dari seorang pembantu itu adalah menyapu, mengepel lantai, menata dan mengelap perabotan, memasak, mencuci baju, menjemur baju dan menyetrika, mencuci piring, mangkuk, wajan, panci, dan sebagainya. Di samping itu, saya pun mengantar jemput anak asuh ke sekolah atau les.

Saya juga bertindak sebagai guru TK di rumah sekaligus dokter anak he...he...he... Karena saya harus mengajarkan disiplin, sopan santun dan budi pekerti, juga memotivasi dirinya. Saya menemaninya dalam mengerjakan PR dan membantu menghafal kosakata Inggris, Kantonis, dan huruf China. Pada saat ini, dia sudah lancar membaca kalimat-kalimat sederhana bahasa Inggris dan Kantonis.

Selain itu juga, saya harus tetap menjaga kesehatan anak asuh saya supaya jangan sampai sakit. Karena kalau sakit, saya sendiri yang repot. Segala aktivitas, baik aktivitasnya maupun aktivitas saya pasti terbengkalai. Jika terserang demam, batuk, dan pilek, dia langsung dibawa ke dokter atau minum obat. Kemudian dicari penyebabnya, kenapa dia bisa sakit. Supaya di kemudian hari bisa menjauhi segala sesuatu yang dapat membuatnya sakit. Misalnya, selalu menjaga makanan dan minuman, suhu ruangan, dan kebersihan. Karena, anak kecil mudah sekali terkena alergi. Seperti, alergi pada tenggorokan, alergi kulit, dan lain-lain.

Di samping itu, juga harus hati-hati dalam segala hal yang bisa membuatnya celaka. Misalnya, menjauhkan pisau, api, air panas, kontak dengan listrik, dan lain-lain yang berbahaya. Karena, jika saya teledor, minta maaf tidak akan mempan.

Dukanya menjadi pembantu hanyalah diomeli, dimaki, dan dibentak. So, legowo dan bekerja sebaik-baiknya itu solusi satu-satunya.

Kebetulan saya bekerja di sebuah rumah yang mempunyai fasilitas lengkap. Seperti, telepon, lemari es, mesin cuci, kompor gas, AC, penghangat ruangan, Vacuum Cleaner, dan lain-lain. Sehingga fasilitas tersebut mempermudah semua pekerjaan saya, dan juga membantu dalam hal pengelolaan waktu. Enaknya lagi, saya bekerja di negara yang lengkap dengan fasilitas, yaitu Hong Kong. Semuanya serba dekat dan serba cepat, karena didukung oleh transportasi dan tatanan kota yang teratur.

Jadi, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya adalah sangat penting untuk menunjang kesuksesan kita di masa yang akan datang. Bahkan, agar menghemat waktu, saya menggunakan satu waktu untuk mengerjakan beberapa pekerjaan sekaligus.

Misalnya, pada saat mandi, saya langsung membersihkan kamar mandi sekaligus berpikir tentang ide-ide saya. Atau, ketika sedang membersihkan kulkas dan menyiapkan air dengan sabun—untuk memudahkan ketika mencuci nanti—sambil memasak atau menunggu masakan matang dari wajan. Kadang-kadang, saat mencuci piring saya pun sambil berpikir tentang ide-ide saya.

Memang idealnya, setiap ide harus selalu dicatat. Tetapi, saya tidak mempunyai waktu untuk mencatatnya. Kadang-kadang saja dicatat (biasanya saya letakkan di bawah kolong kulkas, dan seminggu sekali up date). Jika lupa biarlah menguap. Tetapi, jika ide yang muncul tersebut penting, biasanya saya menyimpannya di kepala dengan dibantu abjad.

Misalnya, ini sekadar contoh, jika saya ingin bercerita mengenai seekor singa dalam artikel saya, maka saya akan mengingatnya dengan huruf “S” yang berarti singa. Jika ide saya lebih dari satu, maka saya akan mengurutkan sesuai abjad. Biasanya saya akan lancar ketika saya mengingat di mana ide itu pernah muncul, misalnya di dapur ketika sedang mencuci piring.

Saya rasa memanfaatkan waktu dengan baik saja belum cukup tanpa disertai dengan strategi. Yaitu, memikirkan cara untuk meloloskan target kita. Saya selalu berpikir how to dan how to. Selamat berperang dengan waktu.
Sukses, siapa takut!?[ek]

info: apli XXXV januari-maret 2007

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar