Kisah Pekerja Rumah Tangga dan Penulis - Memanfaatkan Kesempatan Dalam Kesempitan
"Di antara kesibukan tersebut tetap saja saya melihat kesempatan kapan saja dan di mana saja."
Jika kita ingin melakukan sesuatu yang
kita sukai, pastilah kita akan melakukannya. Meskipun waktu tidak
bersahabat dengan kita. Yang jelas, jika kita ingin dan suka melakukannya, kita akan selalu melihat kesempatan atau peluang di antara sempitnya waktu.
Begitu pun dengan saya (penulis artikel ini -red). Karena
suka, ingin, dan antusias dengan kegiatan menulis, maka saya selalu
melihat kesempatan kapan saja di antara kesibukan saya—yang menurut
orang lain hampir tidak punya waktu. Yaitu sebagai pembantu rumah
tangga yang bekerja hampir 24 jam sehari. Sebenarnya tidak persis 24
jam sehari. Mungkin, karena sebagai pembantu rumah tangga yang tinggal
di rumah majikan—yang harus siap sedia kapan pun diperlukan—maka
dikatakannya, pekerjaan saya sedina-dina lan sak wayah-wayah alias sepanjang waktu dan sepanjang hari.
Bahkan, ketika tidur malam pun harus bangun sewaktu-waktu. Untuk
mengelap keringat anak asuh saya dan mengganti selimut yang agak tipis.
Atau sebaliknya, mengganti selimut yang agak tebal jika kedinginan,
karena ruangannya ber-AC. Jika saya membiarkan anak asuh saya
kedinginan, keesokan harinya dia akan terserang batuk dan pilek. Namun,
saya masih bisa tidur lelap, meskipun saya sering terjaga. Saya rasa
tidak perlulah tidur terlalu banyak he... he... he... Di antara
kesibukan tersebut tetap saja saya melihat kesempatan kapan saja dan di
mana saja. Buktinya, saya bisa akses internet setiap hari, seperti
berikut:
1. Ketika anak asuh saya (cowok berusia 5,5 tahun) sedang bermain
komputer, saya bisa melihat e-mail sebentar untuk sekadar membaca
e-mail yang masuk. Biasanya malam hari setelah makan malam, dan setelah
saya selesai mencuci piring. Dari situ saya mengetahui, apakah ada e-mail yang menarik perhatian saya.
2. Ketika saya berbelanja ke pasar (belanjanya ketika anak asuh saya
sekolah), saya menyempatkan diri untuk pergi ke warnet
sebentar—biasanya 15-20 menit—sekadar me-reply, menjawab, dan
menanggapi. Jika Pembelajar.com up date, saya kadang hanya membaca
saja,tidak membuka e-mail saya.
3. Sore hari, biasanya anak asuh saya les piano, les biola, les
matematika, les Inggris Grammar, les Inggris percakapan, atau les
menggambar. Nah, sambil menunggu lesnya selesai, saya bisa akses
internet di kantor pos atau di perpustakaan (gratis). Lokasi les memang
dekat dengan tempat di mana tersedia fasilitas yang saya perlukan
untuk menulis.
Jika dalam sehari anak asuh saya mengikuti dua macam les, maka saya
bisa mempunyai waktu satu, atau satu setengah jam. Saya bisa mengetik
naskah artikel atau tanggapan yang masih berupa tulisan tangan—biasanya
saya menyempatkan diri untuk menulis satu jam sebelum tidur malam—dan
menjawab e-mail yang masuk di milis-milis yang saya ikuti. Itulah
sebabnya, saking aktifnya, saya sampai diberi tugas untuk mengasuh
beberapa milis.
4. Ketika saya libur (saya libur dua kali sebulan di hari Minggu,
libur nasional tetap kerja. Namun ada juga teman TKW yang beruntung,
yaitu mendapat libur setiap minggu dan hari libur nasional). Biasanya
saya jalan-jalan dan makan-makan. Baru kemudian menghabiskan waktu
berjam-jam di perpustakaan. Untuk apa lagi kalau bukan untuk akses
internet, menulis naskah, menanggapi, menjawab e-mail, dan membaca
buku-buku berbahasa Inggris.
Saya suka sains populer, filsafat populer (yang ringan-ringan), dan
fiksi. Meskipun hanya mengerti sepotong-sepotong dalam bahasa Inggris.
Membacanya pun juga sepotong-sepotong, karena saya tidak mempunyai waktu
untuk membaca tuntas. Biasanya saya hanya membuka daftar isi, lalu
membaca isi buku yang menarik perhatian saya saja.
Setelahnya saya membuat catatan kesimpulan, yaitu apa yang saya
dapatkan dari membaca. Saya tidak menyukai fiksi horor kecuali Harry
Potter. Saya juga tidak menyukai fiksi porno yang bisa menggiring
seseorang ke dalam jurang. Tetapi untuk yang “nyeleneh” dan bermutu
tetap akan saya cari.
Nah, sekarang saya akan bercerita mengenai tugas utama saya sebagai
pembantu rumah tangga di Hong Kong. Siapa pun tahu, jika tugas dari
seorang pembantu itu adalah menyapu, mengepel lantai, menata dan
mengelap perabotan, memasak, mencuci baju, menjemur baju dan
menyetrika, mencuci piring, mangkuk, wajan, panci, dan sebagainya. Di
samping itu, saya pun mengantar jemput anak asuh ke sekolah atau les.
Saya juga bertindak sebagai guru TK di rumah sekaligus dokter anak he...he...he... Karena saya harus mengajarkan disiplin, sopan santun dan budi pekerti, juga memotivasi
dirinya. Saya menemaninya dalam mengerjakan PR dan membantu menghafal
kosakata Inggris, Kantonis, dan huruf China. Pada saat ini, dia sudah
lancar membaca kalimat-kalimat sederhana bahasa Inggris dan Kantonis.
Selain itu juga, saya harus tetap menjaga kesehatan anak asuh saya
supaya jangan sampai sakit. Karena kalau sakit, saya sendiri yang
repot. Segala aktivitas, baik aktivitasnya maupun aktivitas saya pasti
terbengkalai. Jika terserang demam, batuk, dan pilek, dia langsung
dibawa ke dokter atau minum obat. Kemudian dicari penyebabnya, kenapa
dia bisa sakit. Supaya di kemudian hari bisa menjauhi segala sesuatu
yang dapat membuatnya sakit. Misalnya, selalu menjaga makanan dan
minuman, suhu ruangan, dan kebersihan. Karena, anak kecil mudah sekali
terkena alergi. Seperti, alergi pada tenggorokan, alergi kulit, dan
lain-lain.
Di samping itu, juga harus hati-hati dalam segala hal yang bisa
membuatnya celaka. Misalnya, menjauhkan pisau, api, air panas, kontak
dengan listrik, dan lain-lain yang berbahaya. Karena, jika saya
teledor, minta maaf tidak akan mempan.
Dukanya menjadi pembantu hanyalah diomeli, dimaki, dan dibentak. So, legowo dan bekerja sebaik-baiknya itu solusi satu-satunya.
Kebetulan saya bekerja di sebuah rumah yang mempunyai fasilitas
lengkap. Seperti, telepon, lemari es, mesin cuci, kompor gas, AC,
penghangat ruangan, Vacuum Cleaner, dan lain-lain. Sehingga fasilitas
tersebut mempermudah semua pekerjaan saya, dan juga membantu dalam hal
pengelolaan waktu. Enaknya lagi, saya bekerja di negara yang lengkap
dengan fasilitas, yaitu Hong Kong. Semuanya serba dekat dan serba
cepat, karena didukung oleh transportasi dan tatanan kota yang teratur.
Jadi, memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya adalah sangat penting
untuk menunjang kesuksesan kita di masa yang akan datang. Bahkan, agar
menghemat waktu, saya menggunakan satu waktu untuk mengerjakan
beberapa pekerjaan sekaligus.
Misalnya, pada saat mandi, saya langsung membersihkan kamar mandi
sekaligus berpikir tentang ide-ide saya. Atau, ketika sedang
membersihkan kulkas dan menyiapkan air dengan sabun—untuk memudahkan
ketika mencuci nanti—sambil memasak atau menunggu masakan matang dari
wajan. Kadang-kadang, saat mencuci piring saya pun sambil berpikir
tentang ide-ide saya.
Memang idealnya, setiap ide harus selalu dicatat. Tetapi, saya tidak
mempunyai waktu untuk mencatatnya. Kadang-kadang saja dicatat
(biasanya saya letakkan di bawah kolong kulkas, dan seminggu sekali up
date). Jika lupa biarlah menguap. Tetapi, jika ide yang muncul tersebut
penting, biasanya saya menyimpannya di kepala dengan dibantu abjad.
Misalnya, ini sekadar contoh, jika saya ingin bercerita mengenai
seekor singa dalam artikel saya, maka saya akan mengingatnya dengan
huruf “S” yang berarti singa. Jika ide saya lebih dari satu, maka saya
akan mengurutkan sesuai abjad. Biasanya saya akan lancar ketika saya
mengingat di mana ide itu pernah muncul, misalnya di dapur ketika
sedang mencuci piring.
Saya rasa memanfaatkan waktu dengan baik saja belum cukup tanpa
disertai dengan strategi. Yaitu, memikirkan cara untuk meloloskan
target kita. Saya selalu berpikir how to dan how to. Selamat berperang dengan waktu.
Sukses, siapa takut!?[ek]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar